Jumat, 19 Februari 2010

CERMIN (Cerita pendek Mini)

AKHIRNYA PASTEL PERGI JUA
  Oleh :Pak Dhetik

         Mata Minora sembab. Air mata tak sampai meleleh di pipi, memang. Agaknya mengggenang di pelupuk bola matanya. Terbukti nampak agak sembab. Demikian adanya mata papanya. Tak jauh beda. Andaikata hati mudah dibaca, tentu isinya sama "nelangsa". 
         Selepas Sholat Ashar Minora sepakat bersama papa hendak mengantarkan Pastel. Sedari awal telah terjadi selisih faham. Esok lusa Minora akan kembali ke tempat kos, setelah lebih satu bulan tinggal di rumah. Menghabiskan waktu bersama Mama. Ya, Mama kelewat sayang sama Minora.  Diperlakukannya kayak TK, padahal sudah PT. Papa sebenarnya juga amat sayang.  Perdebatan mengenai Pastel terjadi sebelum Papa Jumatan. Pada awalnya Mama keberatan Pastel dibawa ke Embah, khawatir di sana malah tak terurus. Lalu mati lebih tragis. Tapi kalau di rumah besok bersama siapa?  Semua kembali kerutinitas seharian. Rumah kosong.  Pastel bakal sendirian di rumah, siapa yang akan mengambilkan makan dan minumnya.  
         Bertiga akhirnya sepakat. Pastel biar diasuh Embah. Jika hari Minggu tiba, Minora pulang libur kuliah bisa menjenguk bersama Papa. Nanti usai sholat Jumat Pastel diantar ke rumah Embah. 
         Waktu pun tiba. Minora dan Papa mengantar Pastel. Satu motor bertiga. Ketika hendak berangkat Minora berkata, "Tentu kau akan senang di rumah Embah, ya Pastel" Papa yang menjawab, "Oh, ya di sana banyak teman. Dan Embah sangat perhatian."
          Perjalanan pun terasa menyenangkan. seperti setiap saat jika Minora hendak ke rumah Embah. Ini hanya sementara. Pertanda turun hujan segera tiba. Papa berhenti berkendara. Sandarkan Motor di pinggir jalan. Hendak membeli mantel. Sementara Minora tinggalkan motor akan membeli roti goreng. Pastel sendirian di motor yang bersandar miring di pinggir jalan. Sepertinya ia selalu meronta hendak keluar.
          Minora selesai lebih duluan. Kembali ke motor. Ia dapati Pastel telah tidak ada di situ. Ia masih sempat mendengar suaranya. Tapi entah di mana. Mau tanya orang ia malu. Tak ada yang diperbuat. Papa lama ia tunggu. Pa, ... Pastel telah tiada. Entah ke mana. Ia pergi saat kita tinggalkan sendirian. Mereka hanya berpandangan.Tak tahu harus bagaimana. dalam hati ada yang kosong. Seminggu yang lalu Pastel datang bersama empat saudaranya. Ia rawat dengan sangat kasih sayang. tapi ketiganya telah meninggalkan dunia ini dalam usia yang dini. Tinggal pastel sendirian tampak sehat. dan lincah. Kini telah pergi jua. 
          Dalam dada Minora seperti ada batu. Batu besar yang menghimpit. Dada terasa sesak. Minora dan Papa telah kehilangan. Sesuatu yang selama ini dirawatnya. Ia meloncat dari wadah yang membawanya. Ketika ia cari di sekitar tak bisa didapatkannya lagi. Ia merasa betapa ia sangat dekat dengan sesuatu yang berjiwa. Seperti papa ia selalu tak tega. Lebih renjana lagi ketika di sebelah motor bersandar terdapat tenda. Tulisan biru terpampang "Jual Sate Ayam" Kasihan Pa,  ayam itu dalam usia 2 minggu telah beberapa kali ganti pengasuh. Dan akhirnya besok akan dijadikan sate dan disantap jua. Semoga yang menemukan orangnya baik, ya!" 
"Ya, sayang, ia akan baik-baik saja, dan yakinlah ini atas kehendak Allah semata. Kita hanya sekedar menjalani saja", papanya menghibur.
             Perjalanan tidak dilanjutkan, Minora dan papa kembali pulang. Sebentar berputar haluan.  Yakin pastel tak akan ditemukan.  Minora dan Papa pun pulang. Membawa perasaan yang gamang. Terpikirkan nasip pastel hingga tengah malam. Mata sulit dipejam. Ketika terlelap pun masih mimpi tentang nasib Pastel jua.
Pastel memang hanya seekor ayam kecil yang sengsara.