Minggu, 21 Februari 2010

CERMIN (Cerpen Mini )

    MENGANTAR MINORA
    Oleh : Pak Dhetik 

       Sholat subuh, dzikir kali ini Minora lakukan singkat saja. Ia bergegas ganti busana muslimah. Seperti biasa, setiap Minggu pagi ia pergi mengaji bersama Papa. Ini ia lakukan tak terkecuali, setlah ia kuliah di Brawijaya. Setiap Sabtu pulang ini karena kejar target mengaji selepas subuh di sebuah masjid.  Seperti biasa, pulang mengaji mampir di toko abahnya, maksudnya Om H. Jaya, yang buka toko roti dan berbagai makanan kecil. Jika mampir di sana wah, ada saja yang  diberikan oleh Umik, maksudnya adalah Tante Hj. Lies isteri Abah H. Jaya. Hari ini lebih banyak lagi, dibingkiskan oleh Umik berbagai makanan kecil karena Abah dan Umi tau hari ini Minora akan kembali ke tempat ia kos.
         Sampai di rumah matahari belum tinggi, masih sejengkal. Sinarnya cerah tumpah ke teras-teras rumah. Sepagi itu Minora segera berkemas, segala persiapan tinggal di kota. Hanya seminggu saja sebenarnya tapi, barang bawaan ternyata cukup banyak. Barang dikemas, ada di dalam tas punggung, ada di tas jinjing, ada di tas "kresek", hitung-hitung saingan dengan pemulung.

"Bawaanmu banyak, Minora biar nanti di antar Papa saja". kata Mama.
"Enggak Ma biar aku naik Bagong aja," jawab Minora
"Jangan, nanti kamu kerepotan di angkot, Sayang," bujuk Mama.
         Papa baru saja mengantar pak tukang, ada sedikit pekerjaan di sekolah. Katanya membenahi lantai keramik. Disampaikannya niat mama. Tidak keberatan, Papa mau mengantarkan minora, nanti jam dua siang.
         Di perjalanan keren sekali. Minora sedikit-sedikit berdecak kagum. Saat berpapasa dengan iring-iringan Aremania. Di jalan Aremania kelihatan tangkas penuh keberanian. Gak peduli itu becak atau truk gandengan, gak minggir,  pasti kena sabetan. Sabetan tangkai umbul-umbul atau kepalan tangan. Jalan menjadi setengah biru.
Hidup Arema libas Persebaya, ya. Hidup Aremania! Salam satu Jiwa!
Papa berkendara dengan hati-hati. Mencari aman di belakang mobil yang searah dengannya.
Tadi di rumah Minora sudah wanti-wanti kepada Mama. Gak usah banyak-banyak telefon. Bukan masalah pulsa, malah menambah renjana di perantauan. "Sekali-sekali aja SMS ya, Ma," kata Minora saat mau berangkat sambil sungkem ke tangan Mama. "Iya, mama mengerti," jawab Mama.
         Semakin dekat ke kota masih banyak juga iring-iringan Aremania. Bak laron yang "mbrudhul" keluar dari sarangnya di pagi hari saat kemarin sore turun hujan. Aremania ke luar dari gang-gang jalan kota.
Juga Minora semakin mendekati tempat kos, di rumah berlantai tiga. Minora sendiri berada dilantai kedua. Satu kamar berdua dengan sahabatnya lain fakultas. Sepertinya ia kurang nyaman di sana. Tapi demi masa depan ia jalani jua.
         Telah sampai kini, di depan rumah tempat Minora tinggal sementara. Papa menghentikan kendaraan.
Minora turun. "Ugh....ugh ... ke kosan lagi...Ehhhh ....capek deh.....kepac....kepac", gumam Minora
"Uh, banyaknyo....banyaknyo", tambah Minora
"Udah ya, pa. langsung aja. Assalamualaikum.....udah ya pa", kata Minora pula.
"Walaikumsalam .....semoga engkau kerasan di kosan, semoga engkau tambah cantik, tegar dan dewasa" jawab Papa sambil melepas sungkem Minora.
            .