PUISI DAN
DONGENG
Pada bulan Oktober 2011 SMPN 2 Kepanjen
akan mengadakan lomba baca Puisi dan Dongeng Tingkat SD.
Berikut ini adalah teks puisi pilihan dan dongeng yang wajib
dibaca para peserta lomba Baca Puisi dan dongeng tersebut.
PUISI :
Pilihan I
Sepertiga
Akhir Malam
Oleh : Akhid Heru Prabawa
Kubuka pintu depan rumah
Kusaksikan langit begitu berkilauan
Dihiasi gugusan bintang
Hati pun nampak senang
Sungguh udara dan pikiran begitu lengang
Di sepertiga akhir malam
Kulawan dan kukalahkan udara dingin
Air wudlu pun menembus membasahi kulitku
Dalam sujudku kupanjatan doa kehadiratMu
Jadikanlah bangsa ini,
Bangsa yang aman ,tenteram
dan sejahtera
Bangsa yang menghidupkan
akhir sepertiga malam itu
Pilihan II
Sepak bola
Oleh : Akhid Heru Prabawa
Begitu senang aku bermain
hingga waktu sampai aku lupakan
Berlari, menyerang, menyerbu lawan
membawa bola lari masuk ke gawang
Oh, sepak bola siapa gerangan engkau mencipta
Keberadaanmu membawa angin segar dunia
Semangat didalammu membawakan kobaran gelora
Oh, sepak bola apa dikata engkau tiada
dunia sepi!, sunyi !, suram !
bak kota mati yang ditinggal pergi
Pilihan III
PUISI SEORANG ANAK UNTUK IBU
Oleh : Mayang Ponimiring
Aku berangkat sekarang untuk membatai lawan
Untuk berjuang dalam pertempuran
Aku berangkat, Bu, aku pergi
Doakan agar aku berhasil
Sayapku sudah tumbuh, aku ingin terbang.
Merebut kemenangan di mana pun adanya
Aku akan pergi, Bu, janganlah menangis
Biar kucari jalanku sendiri.
Aku ingin melihat, mendengar, dan menyentuh.
Meski pun ada
bahaya, ada rasa takut.
Aku akan tersenyum dan menghapus air mata
Biar kuutarakan pikiranku.
Aku pergi mencari duniaku, cita-citaku
Memahat tempatku, menjahit kainku
Ingatlah, saat aku melayari sungaiku
Aku mencintaimu, di sepanjang jalanku.
-------------
DONGENG CINDE LARAS
Raden Putra
adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati
dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki
sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk
kepada permaisuri. “Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus
mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri,” pikirnya.
Selir baginda, berkomplot dengan
seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera
dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun
dalam minuman tuan putri. “Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda
sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib
istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri
yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak
mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda.
“Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa
tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih
melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menganggung
puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di
hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras.
Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia
sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik
bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. “Hmm, rajawali itu baik
sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.” Setelah 3 minggu, telur itu
menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh
menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi
kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras,
rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”
Cindelaras sangat takjub mendengar
kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras
menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita
ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir
baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh
ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang
menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. “Ayo,
kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab
Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan
perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah
beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar
tangguh.
Berita tentang kehebatan ayam
Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu.
Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras.
“Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan
cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam
Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam
Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya
menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan
gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan
ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan
ayamnya. “Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah
kau sebenarnya, anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera
membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya
segera berbunyi. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba,
atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok
berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. “Benarkah
itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba
adalah permaisuri Baginda.”
Bersamaan dengan itu, sang patih
segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi
pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Baginda Raden Putra.
“Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan
murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera
memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan
hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra,
permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra
meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya
dengan adil dan bijaksana.